Sentimen Anti Cina Semakin Kuat di Korea Selatan
By Nad
nusakini.com - Internasional - Bulan Juni lalu, salah satu penampilan yang ditampilkan di acara musik "Show Champion" dari stasiun TV MBC di Korea Selatan, meningkatkan amarah warga Korea Selatan. Diketahui penampilan yang dimaksud berasal dari grup WayV, dimana dua anggotanya menyanyikan lagu baru mereka yang berjudul "Back to You" dalam bahasa Cina.
Setelah penampilan ini tayang, banyak warga yang menyampaikan protes mereka melalui internet karena lagu Cina diputarkan di program TV Korea, dimana mereka menyatakan mereka tidak mengerti arti dari lagu tersebut tanpa subtitle. Namun, para ahli mengatakan isu ini bukan mengenai bahasa lagunya, namun sentimen anti Cina yang semakin berkembang di industri hiburan Korea Selatan.
Kritikus budaya Pop Kim Hern-sik perdebatan antara KorSel dan Cina mengenai asal dari aset Korea seperti kimchi dan hanbok meningkatkan perasaan anti Cina ini di masyarakat.
Ia mengatakan sejak Presiden Xi Jinping menjabat pada tahun 2013, Cina sudah berusaha membangun produk budayanya sendiri dibandingkan mengkonsumsi produk dari luar negeri. Larangan yang dibuat untuk konten budaya Korea tetap ada dan sepertinya tidak akan dihapuskan menurutnya. Kim juga menjelaskan K-Pop biasanya menunjukkan pesan seperti kebebasan dan demokratisasi, dimana Cina melihat hal-hal ini sebagai ancaman bagi rezim mereka.
Penyanyi-penyanyi asal Korea telah dilarang melakukan pertunjukan di Cina sejak tahun 2016. Sebagai perbandingan, banyak sekali artis asal Cina menjadi anggota-anggota grup K-Pop, dan mereka diizinkan untuk mengadakan pertunjukan serta meniti karir di Korea. Banyak warga Korea yang merasa hal ini tidak adil.
Kim mengatakan kaum millennial dan gen Z yang lahir antara tahun 1980 hingga 2010 adalah konsumen utama budaya pop dan mereka sangat menjunjung tinggi keadilan. Bagi mereka, larangan sepihak Cina terhadap budaya Korea ini sangat tidak adil.
Profesor antropologi budaya dari George Mason University Korea, Lee Gyu-tag menyetujui pendapat Kim. Ia mengatakan WayV bukanlah grup pertama yang menyanyikan bahasa lain di acara musik Korea, namun meningkatnya sentimen anti Cina yang membuat reaksi-reaksi negatif yang ada sekarang.
Para ahli mengatakan masyarakat Korea tidak percaya anggota yang berasal dari Cina di dalam grup K-pop akan loyal pada grup mereka setelah beberapa dari mereka secara tiba-tiba meninggalkan grup dan kembali ke Cina. Pada kasus grup EXO, awalnya grup ini terdiri dari 12 orang, 8 orang Korea dan 4 Cina, namun 3 anggota yang berasal dari Cina, Kris Wu, Luha, dan Tao, secara tiba-tiba meninggalkan EXO hanya beberapa tahun setelah mereka debut pada tahun 2012.
Kim mengatakan agensi-agensi K-Pop akan terus mengikutsertakan anggota Cina dalam grup mereka untuk menargetkan pasar Cina.